Hello pipol! 🥰

Udah lama bangettt nggak nulis blog post! Terakhir nulis (kalau nggak salah) ngomongin the so-called Mahasiswa Salah Jurusan 😂  Waktu itu masih tahun 2020, masih duduk di bangku kuliah semester 4, dan masih terjebak dengan dunia coding. It surely is a long time ago, and oh, how I miss writing a lot! Pastinya udah banyak hal yang berubah. Aku berhasil lulus sidang skripsi (YEAY!), berhasil dapet kerjaan pertamaku (YEAY!!), DAN BERHASIL BEBAS DARI CODINGGG!!!
notion image
Di tengah banyaknya hal yang berubah, aku nggak bisa bohong kalau aku juga merasakan anugerah Tuhan yang luar biasa. Yes, temen-temenku pasti tau banget seberapa hampir gilanya aku kerjain skripsi. Tapi kayaknya blessing in disguise itu adalah sesuatu yang nyata ya. Di tengah semua struggle skripsi yang bikin frekuensi nangis meningkat jadi 1x per minggu, turns out that God really has a VERY BEAUTIFUL plan for me.
Salah satu bukti nyatanya adalah kerjaan pertamaku, yang kata temen-temen adalah dream job banget 🙆🏻‍♀️ Kerja di perusahaan Singapura dengan 0 tahun pengalaman alias fresh graduate, berhasil kerja di bidang yang memang jadi passion, dan berhasil dapat gaji 2x gaji posisi yang sama di perusahaan Indonesia (atau at least di Jakarta). Definitely, soli deo gloria! Tapi selain itu, aku juga merasa bahwa beberapa hal yang aku pegang teguh selama aku hidup (yang tentunya belum lama-lama banget sebenernya) juga membantu aku banget untuk bisa sampai di titik ini.

Is it God, or… is it me?

Ada banget waktu-waktu di mana aku mempertanyakan ini. Katanya semua adalah anugerah Tuhan. Tapi di Alkitab pun, Tuhan bilang orang yang nggak kerja ya nggak usah makan. Jadi gimana…?
But then, it was during the holy week if I’m not mistaken. Ada salah satu khotbah yang betul-betul menjawab pertanyaan itu. Singkatnya, iya, semua memang cuma karena anugerah Tuhan. Tapiii… Tuhan pun nggak kasih anugerah itu begitu aja ‘kan? Di Alkitab pun, orang harus berusaha dulu untuk bisa merasakan anugerah Tuhan. Misalnya, bangsa Israel yang harus pungut roti Manna satu per satu. Roti Manna itu sendiri memang anugerah Tuhan ‘kan? Orang diturunin langsung dari langit. But they do need to put their efforts to collect those breads.
Dengan pemahaman itu, aku pengen banget berbagi cerita tentang how I do ‘my part’ selama ini. This is not me feeling like I’m the wisest person of all. Obviously, I’m not. Tapi kalau sekiranya ini bisa membantu orang lain, then I’d be more than glad. But mainly, I’d just like to share my perspective.
Tadinya, mau langsung share semua hal (aslinya CUMA 3) dalam 1 post. TAPI TERNYATA JADINYA PANJANG YA PEMIRSA… Jadi oke mari kita bahas satu per satu aja dulu. Welcome to my very first piece of mind!

✨ Do your best, and let God do the rest ✨

Fun fact tentang kutipan ini adalah, this has always been my life motto ever since I was in primary school. Pas masih bocah, ngerti arti life motto aja nggak 🙃 Udah sok-sokan pakai kutipan ini pula. But I think, that is also why this quote sticks very strong in my mind. Mungkin karena sejak SD udah jadi kutipan andalan kali ya. Padahal, waktu itu, ngerti artinya pun nggak 🙃
Those who have been my friends for quite some time would know how I always try to put 1000% in everything that I do. Udah kebal banget deh kalau ada orang yang nanya “Niat banget sih Net, nilainya juga sama aja sama si Bapak ‘kan?”. Ada juga yang langsung nge-judge, “Ya ampun Net, ngejar nilai segitunya banget.”
Ada banget saat-saat di mana kesabaran itu udah tipiiisss banget. Kayak mau langsung bilang aja, “Hey, you don’t even know me that well to know why I do things. Kenapa tiba-tiba ambil kesimpulan kayak gitu?”. Untungnya selama ini masih bisa ditahan 🙏
But now, I would like to let people know that numbers might be my motivation, but it’s not the only motivation. Here’s my main motivation:
 
notion image

How do I live this quote?

Aku sadar banget bahwa aku hidup dengan banyak privilege. Bukan cuma soal rumah yang bagus, kondisi finansial keluarga yang aman, kamar dengan AC jadi bisa belajar dengan udara yang adem, laptop, hp, dan segala barang-barang bagus yang memang mendukung proses pembelajaran. Lebih dari itu, aku punya Mami yang super duper amat sangat suportif, dan harus aku akui juga, very well-educated. Pendidikan aku udah jadi pikiran Mami sejak aku masih keciiilll banget. Mami suka baca-bacain aku buku-buku bahasa Inggris, bahkan ketika dia sendiri (ngakunya) nggak bisa bahasa Inggris. Sekarang, aku juga punya pacar (maaf ya buat yang jomblo) yang jadi my #2 support system. Waktu lagi capek, demotivasi, kewalahan, bingung, I always have a place to go to. Untuk hal-hal yang Tuhan kasih untuk diri aku sendiri, misalnya otak yang (lumayan) encer, pace pembelajaran yang lumayan cepet, tentunya itu juga bukan sesuatu yang bisa dirasain sama banyak orang. Sering kali kita take these blessings for granted. Karena itu, aku bersyukur kalau Tuhan juga tolong aku untuk jadi lebih aware untuk setiap anugerah—yang mungkin keliatannya kecil, padahal nggak—yang Tuhan kasih.
With all these blessings, apakah pantas buat aku untuk malas-malasan? Untuk nggak kasih 1000% effort ke dalam setiap hal yang Tuhan percayain ke aku? Untuk nggak kerjain yang terbaik yang aku bisa dalam setiap tanggung jawab yang Tuhan percayain ke aku? I think I would definitely be an a**hole if I don’t make the most of every chances that God trusted me with.
Tapi tentunya nggak berhenti di situ ya. Masih ada potongan kalimat setelah tanda koma, dan sering kali bagian ini adalah bagian susahnya. Let God do the rest. Setelah melakukan bagian kita, jangan lupa untuk menyerahkan semuanya ke tangan Tuhan. Entah hasilnya mau Tuhan kasih besok, minggu depan, bulan depan, tahun depan, aku selalu belajar untuk percaya bahwa Tuhan nggak tutup mata. Nggak jarang kita jadi nggak sabaran. “Tuhan, saya udah belajar setengah mati kok dapet C?”. “Tuhan, saya udah ikut bootcamp sana-sini, kursus ini-itu, kok belum dapet kerja juga?”. Remember, the key is to trust God. He loves us more than what we can imagine. His best plans are waaayyy above our best plans. Ini juga jadi self-reminder buat aku.

So.. How it brought me here?

Tadinya aku pikir ya… ya udah. Hasilnya cuma sekedar nilai yang bagus. Netta yang dikenal pinter. Netta yang dikenal perfeksionis. Tapi ternyata, as I get closer to the life of budak korporat, melakukan sesuatu dengan semaksimal mungkin itu membuat kita jadi salah satu top of mind orang loh. Orang akan melihat seberapa dedicated-nya kita mengerjakan sesuatu. Nggak neko-neko. And that is what exactly companies are looking for, right?
Satu prinsip lain lagi yang baru aku pegang belakangan ini adalah, we never know where our luck (or more likely, blessing) comes from. Bisa aja dari dosen kuliah kita, yang tugasnya kita anggap remeh. Bisa aja dari temen kelompok kita, yang kita take for granted karena dia biasa carry tugas kelompok, tapi ternyata adalah anak dari petinggi perusahaan yang kita incar. Bisa aja dari temen magang kita, yang sebenernya adalah temen dari temennya temen kita. To put it simply, orang yang memang magang di satu perusahaan yang sama dengan kita, tapi nggak pernah kerja bareng kita, dan cuma denger tentang performa kita dari temen kita. The last case is my case. (Guys, if you’re reading this, you know who you are, and I can never thank you enough for remembering me 🥲)
Going back to the topic, we never know. And I think, it adds to more reasons why we should strive to do our best in every given chances.

YEP!

Segitu dulu sharing-nya buat sekarang. Makasih banget, banget, banget, buat kalian yang udah baca sampai bagian ini. Aku tau ini panjang banget, and that’s why I thank you very much. Please do expect the next parts are coming, tapi nggak tau juga akan coming soon atau much later 🥲 But I would definitely like to see you on my other piece(s) of mind!
 
badge